Proses budaya
sebagai kemapanan Emosional
Dari Basic Cultural , akan
dapat diketahui kemapanan emosi dan sosialnya. Dan ini akan berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung dengan adat kebiasaan hidupnya sehari-hari dalam
interaksinya (pergaulan) dengan manusia lain, pengaruh lain yang ditimbulkan
secara individu adalah ketrampilan yang diperoleh dari interaksi yang terjadi
terus-menerus tersebut, sehingga bisa melekat pada diri individu itu
selama-lamanya. Seperti bunyi pepatah “ Lain lading lain belalang-lain lubuk
lain pula Ikannya “ artinya disuatu tempat akan beda cara dan kebiasaanya
sehari-hari dengan tempat lain.
Bidang ilmu yang dibawanya
kelak juga akan dipengaruhi oleh budaya dan adapt istiadat yang sudah melekat
dalam dirinya.
Maka seringkali kita
saksikan, sebuah perilaku sosial yang menyimpang dari adat kebiasaan yang
lazim, Dan itu terjadi 1 orang dari 10 orang yang lain yang memiliki sikap yang
berbeda. Namun kita tidak bisa menjustifikasi atau menghakimi tindakan dia
salah, karena fenomena yang terjadi pada diri seseorang berasal dari kejadian
yang ditimbulkan sebelumnya.Sikap-sikap tersebut adalah :
1. Angkuh
2. Sombong
3. Mau menang Sendiri
4. Egois
5. Sektarian
6. Acuh tak acuh
Sikap-sikap tersebut akan
terbawa pada saat mereka memiliki kepandaian atau pengetahuan, sehingga akan
menjadi lain manakala ilmu tersebut digunakan pada hal-hal yang buruk.
Berkesenian dapat membentuk
sikap dan pribadi yang baik, hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memahami
proses sebuah penciptaan karya seni, dimana dari awalnya ada proses : “ CIPTA –
RASA – KARSA “
1. CIPTA : Adalah sebuah proses perenungan yang
dilakukan dengan kontemplasi, yang dalam hal ini didasarkan dari kedalaman ilmu
seseorang dari olah batin, pengetahuan, wawasan serta ketajaman intuisi
seseorang hingga tercipta sebuah karya seni.
2. RASA : Setelah proses pertama selesai, maka
selanjutnya dari hasil penciptaan hingga menghasilkan karya seni tersebut
sebelum di edarkan atau diinformasikan pada orang lain, dirasakan
terlebih dahulu oleh sang pembuatnya. Dari proses ini terjadi perpaduan antara
pikiran dan perasaan sehingga terjadi dialog yang kemudian bisa memutuskan
layak dan tidaknya karya ini ditampilkan.
3. KARSA : setelah selesai dalam proses
pengkombinasian tersebut, maka kemudian dilakukan proses tahapan terakhir yaitu
mengkarsakan atau memvisualisasikan dalam bentuk gerakan, lukisan, tulisan atau
bentuk lain yang diinginkan.
Proses –
proses tahapan tersebut terjadi begitu cepat, tergantung dari kemampuan
seseorang dalam memadukan segala potensi yang dimilikinya.
Pengertian
Kebudayaan
Secara
etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk
jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang
memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B.
Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta
kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak
berbeda,
Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil
kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan
cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara
lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan
dihasilkan manusia, yang meliputi:
b. kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda
ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
c. Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang
tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya.
2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif
(biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk
kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara
individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan
adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Unsur-unsur
kebudayaan meliputi semua kebudayaan yang ada dunia, baik yang kecil, sedang,
besar, maupun yang kompleks. Menurut konsepnya Malinowski, kebudayaan di dunia
ini mempunyai tujuh unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem
mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian
.Seluruh unsur itu saling terkait antara yang satu dengan yang lain dan tidak
bisa dipisahkan.
Sistem Budaya dan Sistem Sosial
Sistem
sosial dan sistem budaya merupakan bagian dari kerangka budaya. Ketiga sistem
tersebut secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak dibahas
oleh ilmu sosiologi, sementara itu sistem budaya banyak dikaji dalam ilmu
budaya.Sistem diartikan sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja
bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Sistem mempunyai sepuluh ciri,
yaitu:
1. fungsi,
2. satuan,
3. batasan,
4. bentuk,
5. lingkungan,
6. hubungan,
7. proses,
8. masukan,
9. keluaran, dan
10. pertukaran.
Sistem
budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya a tau
kultural sistem merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam
suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan berdiri sendiri, akan
tetapi berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian, sistem budaya
adalah bagian dari kebudayaan yang diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat
mencakup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata
yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan, termasuk norma agama.
Fungsi
sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah
laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui proses
pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses ini, individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat,
sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai
sejak kecil, dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, mula-mula meniru
berbagai macam ilmu n. Setelah itu menjadi pola yang mantap, dan mengatur apa
yang dimilikinya.
Sedangkan,
sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons. Konsep struktur
sosial digunakan untuk menganalisis aktivitas sosial sehingga sistem sosial
menjadi model analisis terhadap organisasi sosial.
Konsep
sistem sosial adalah alat bantu untuk menjelaskan tentang kelompok-kelompok
manusia. Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa kelompok manusia
merupakan suatu sistem.
Parsons
menyusun strategi untuk menganalisis fungsional yang meliputi semua sistem
sosial, termasuk hubungan berdua, kelompok kecil, keluarga, organisasi sosial,
termasuk masyarakat secara keseluruhan. terdapat empat unsur dalam sistem
sosial, yaitu:
- dua orang atau lebih,
- terjadi interaksi di antara mereka,
- interaksi yang dilakukan selalu bertujuan, dan
- memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan
bersama yang dipedomaninya.
Lebih
lanjut, suatu sistem sosial akan dapat berfungsi apabila empat persyaratan di
bawah ini terpenuhi. Keempat persyaratan itu meliputi:
1. Adaptasi, menunjuk pada keharusan bagi
sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya.
2. Mencapai tujuan, merupakan persyaratan fungsional
bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya.
3. Integrasi, merupakan persyaratan yang berhubungan
dengan interelasi antara para anggota dalam sistem sosial.
4. Pemeliharaan pola-pola tersembunyi, merupakan
konsep latent (tersembunyi) pada titik berhentinya suatu interaksi akibat
kejenuhan sehingga tunduk pada sistem sosial lainnya yang mungkin terlibat.
Lebih lanjut, Parson
menjelaskan bahwa dalam suatu sistem sosial terdapat 10 unsur yang membentuk
kesempurnaan suatu” sistem. Kesepuluh unsur itu, yaitu:
(1) keyakinan,
(2) perasaan,
(3) tujuan sasaran
cita-cita,
(4) norma,
(5) kedudukan peranan,
(6) tingkatan,
(7) kekuasaan atau pengaruh,
(8) sanksi,
0 comments:
Post a Comment